Jumat, 13 Maret 2009

askep Osteoporosis

Osteoporosis

A. DEFINISI

Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

B. PENYEBAB


1. Osteoporosis postmenopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. http://www.medicastore.com/osteoporosis/Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
2. Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
3. Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

C. Patofisiologi
Penyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang.

D. GEJALA

Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:
1. patah tulang
2. punggung yang semakin membungkuk
3. hilangnya tinggi badan
4. nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
window.google_render_ad();

E. PENGKAJIAN
Mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan dengan osteporosis, wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya, kebiasaan diet, pola olah raga, awitan menopause dan penggunaan steroid
Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh saat melakukan pemeriksaan fisik
Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai penyebab sekunder osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa tahun. Jika pasien mempunyai kolab vertebra, pasien merasakan nyeri punggung dan nyeri menjalar ke tubuh. Selain itu didapatkan :
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
2. Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
5. terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
Kriteria Pengkajian Fokus
Makna klinis
Pengetahuan atau pengalaman dengan osteoporosis
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
Pengkajian ini membantu perawat merencanakan strategi penyuluhan
Klien atau keluarga yang gagal untuk memenuhi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk bantuan pasca pulang.


KRITERIA HASIL :
Klien atau keluarga akan :
a) Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan
b) Menggambarkan modifikasi diet
c) Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal pelayanan kesehatan
d) Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus dan tidak terdapat fraktur tambahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN :
osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang sesuai dengan tingkat pengertian klien dan keluarga (mis; gambar, slide, model). Jelaskan hal-hal berikut :
Penurunan densitas tulang
Peningkatan insiden fraktur vertebral, panggul dan pergelangan
a) Jelaskan faktor resiko dan yang mana dapat dihilangkan atau diubah.
a. Gaya hidup menoton
b. Kerangka tubuh kecil, kurus
c. Diet rendah kalsium dan vitamin D dan fosfor tinggi
d. Menopause atau ooforektomi
e. Obat-obatan
f. Meminum alkohol
g. Kafein
h. Kadar natrium florida rendah
i. Merokok
b) Rujuk ke sumber komunitas seperti kelompok berhenti merokok, yayasan artritis dan kelompok yang terkait.
c) Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur :
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada punggung bawah, terutama setelah mengangkat atau membungkuk
b. Spasme otot paravertebral nyeri
c. Kolaps vertebral bertahap (dikaji dengan perubahan tinggi badan atau pengukuran tanda khiposis)
d. Nyeri punggung kronik
e. Keletihan
f. Konstipasi
d) Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada indikasi :
a. perbanyak masukan kalsium 1000 sampai 1500 mg/hari
b. Identifikasi makanan tinggi kalsium, mis; sardin, salmon, tahu produk dari susu dan sayuran berdaun hijau
c. Pantau tanda dan gejala intoleransi laktosa, seperti; diare, flatulens dan kembung
d. Rekomendasikan multivitamin yang mengandung 400 sampai 800 IU vitamin D setiap hari
e. Identivikasi makanan yang menjadi sumber vitamin D, mis; susu diperkaya sereal, kuning telur, hepar dan ikan laut
f. Dorong masukan protein adekuat tetapi tidak berlebih, kurang lebih 44 g/hari pada kebanyakan klien
e) Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik dan pembatasan tertentu :
a. Dorong latihan yang menghasilkan gerakan, tarikan dan tekanan pada tulang panjang, mis; berjalan, bersepeda statis dan mendayung
b. Instruksikan klien untuk latihan sedikitnya tiga kali seminggu selama 30 sampai 60 menit setiap bagian, sesuai kemampuan
c. Hindari latihan fleksi spina dan membungkuk tiba-tiba dan tersentak, mengangkat beban berat
d. Rencanakan periode istirahat adekuat, berbaring pada posisi terlentang selama sedikitnya 15 menit saat nteri punggung meningkat atau interval tertentu selama siang hari
e. Instruksikan klien dalam menggunakan sabuk punggung, korset, belat bila perlu
f. Dorong anggota keluarga atau pemberi perawatan lain untuk memberikan latihan rentang gerak pasif pada klien yang diimobilisasi di tempat tidur
f) Jelaskan pentingnya kewaspadaan keamanan seperti berikut ini :
a. Menyangga punggung dengan matras kuat, penyokong tubu dan mekanika tubuh yang baik
b. Lindungi terhadap kecelakaan jatuh dengan menggunakan sepatu dengan tumit rendah; menyingkirkan bahaya lingkungan, seperti rak laci, lantai licin, kabel listrik dijalan dan pencahayaan yang kurang baik dan menghindari alkohol, hipnotik dan tranquilizer
c. Menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan, mis; tongkat atau kruk
d. Hindari gerakan fleksi, seperti menunduk, membungkuk dan mengangkat. Jelaskan bahwa fraktur kompresi vertebral dapat diakibatkan dari trauma minimal karena membuka jendela, menggendong anak, batuk atau menunduk.
g) Jelaskan terapi obat yang ditentukan, ditekankan pentingnya mematuhi rencana dan mengerti kemungkinan efek samping. Sesuai keperluan, pertaegas tentang hal berikut
a. Sumplemen kalsium : 1000 sampai 1500 mg/hari, 1500 mg/hari setelah menopause, disertai dengan peningkatan masukan cairan
b. Suplemen vitamin D : 100 sampai 500 IU/hari. (catatan; bila vitamin D digunakan dalam hubungannya dengan kalsitrio, kadar kalsium plasma harus dipantau setiap minggu selama 4 sampai 6 minggu dan kemudian frekuensinya menurun)
c. Terapi estrogen dosis rendah; 0,3 sampai 0,625 mg/hari unuk wanita pasca menopausal, disertai pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan, pemeriksaan payudara klinis regular dan mamografi dengan Pap smear untur memonitor efek samping
d. Kalsitonin Salmon parenteral; dosis yang disetujui FDA adalah 100IU setiap hari. Seringkali 100IU/hari, tiga kali seminggu pada awalnya; kemudian setelah pemeriksaan rontgen dan evaluasi kalsium serum, dosis dapat menurun sampai 50 IU/hari setiap 1-3 hari
e. Natrium florida; biasanya 60 mg/hari pada waktu yang berbeda dari pemberian kalsium.
2. Masalah Kolaboratif : Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)
a. Nyeri pada punggung bawah atau leher
b. Nyeri tekan terlokalisasi
c. Nyeri menyebar pada abdomen dan pinggang
d. Spasme otot para vertebral
b) Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan. Dikatakan kifosis bila jarak antara kaki dan simfisis pubis lebih dari 1 cm
tanda dan gejala paralitik ileus :
a. Tak terdengar bising usus
b. Ketidak nyamanan abdomen dan distensi
INTERVENSI PROGRAM DOKTER YANG BERHUBUNGAN :
Obat-obatan :
a. Kalsium, suplemen vitamin D
b. Kalsitonin salmon
c. Terapi pengganti estrogen dalam konjungsi dengan progresteron
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Kalsium dan fosfat serum
b. Fosfat alkalin
c. Hidroksiprolin
d. Ekskresi kalsium urine
e. Hematokrit
f. Osteokalsin serum
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sinar x
b. Absorpsimetri foton tunggal
c. Absorpsimetri sinar x energi ganda
d. Absorpsimetri foton ganda
e. Tomografi komputer kuantit
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Ajarkan cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring dan pengunaan matras yang keras dan tidak menggulung
b) Instruksikan pasien untuk menggerakkan trunkusnya sebagai satu unit dan hindari memutar ; berikan dorongan untuk melakukan postur tubuh yang baik dan melanik tubuh yang baik
c) Pasang korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari tempat tidur
d) Berikan analgesik narkotik oral saat awitan nyeri punggung ; gati menjadi analgesik non narkotik setelah beberapa hari
4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan
b) Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.
5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi tulang progresif.
b) Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus
c) Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar
d) Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat
e) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D
window.google_render_ad();

G. PENCEGAHAN

Pencegahan osteoporosis meliputi :
· Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup
· Melakukan olah raga dengan beban
· Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron.

Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause dan pasca menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini adalah hal yang normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara wanita. Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan tulang) terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun turun sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang. Apabila hal ini terus berlanjut dan akibat kelanjutan harapan hidup masih akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu kondisi dimana massa tulang demikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui 85% wanita menderita osteoporosis yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau 8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium.
Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain:
Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium.
Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00.
3. Melakukan olah raga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.
Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis.
4. Gaya hidup sehat
Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak.
5. Hindari obat-obatan tertentu
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter.
6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
a) Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.
b) Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim.
c) Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
H. Pilihan Obat Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari berbagai macam obat (bifosfonat / bisphosphonates, terapi hormon estrogen, selective estrogen receptor modulators atau SERMs) dan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup. Obat untuk osteoporosis harus menunjukkan kemampuan melindungi dan meningkatkan massa tulang juga menjaga kualitas tulang supaya mengurangi resiko tulang patah. Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat kecepatan penghilangan tulang.


1. Golongan Bifosfonat
Bisfosfonat oral untuk osteoporosis pada wanita postmenopause khususnya, harus diminum satu kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali di pagi hari dengan kondisi perut kosong untuk mencegah interaksi dengan makanan.Bisfosfonat dapat mencegah kerusakan tulang, menjaga massa tulang, dan meningkatkan kepadatan tulang di punggung dan panggul, mengurangi risiko patah tulang.
Golongan bifosfonat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate, Clodronate, Zoledronate (Zoledronic acid), Asam Ibandronate. Alendronat berfungsi:
o mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause
o meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
o mengurangi angka kejadian patah tulang.
Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya.
Asam Ibandronate adalah bifosfonat yang sangat poten dan bekerja secara selektif pada jaringan tulang dan secara spesifik menghambat akjtivitas osteoklastanpa mempengaruhi formasi tulang secara langsung. Dengan kata lain menghambat resorpsi tulang. Dosis 150 mg sekali sebulan.
Selain untuk osteoporosis golongan bifosfonat juga digunakan untuk terapi lainnya misalnya untuk hiperkalsemia, sebagai contoh Zoledronic acid. Zoledronic acid digunakan untuk mengobati kadar kalsium yang tinggi pada darah yang mungkin disebabkan oleh jenis kanker tertentu. Zoledronic acid juga digunakan bersama kemoterapi kanker untuk mengobati tulang yang rusak yang disebabkan multiple myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang.
Zoledronic acid bukan obat kanker dan tidak akan memperlambat atu menghentikan penyebaran kanker. Tetapi dapat digunakan untuk mengobati penyakit tulang yang disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara memperlambat kerusakan tulang dan menurunkan pelepasan kalsium dari tulang ke dalam darah.
2. Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)
Sementara terapi sulih hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca menopause, efektif mengurangi turnover tulang dan memperlambat hilangnya massa tulang. Tapi pemberian estrogen jangka panjang berkaitan dengan peningkatan resiko keganasan pada rahim dan payudara. Sehingga sekarang sebagai alternatif pengganti estrogen adalah golongan obat yang disebut SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini berkhasiat meningkatkan massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari estrogen, obat golongan SERMs adalah Raloxifene.
3. Metabolit vitamin D
Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu kalsitriol dan alpha kalsidol. Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat osteoporosis.
4. Kalsitonin
Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Salmon Kalsitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan osteoporosis. Sekarang ini juga ada yang sintetiknya. Sediaan yang ada dalam bentuk injeksi. Dosis rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan 600mg kalsium dan 400 IU vitamin D. Kalsitonin menekan aksi osteoklas dan menghambat pengeluarannya.
5. Strontium ranelate
Stronsium ranelate meningkatkan pembentukan tulang seperti prekursor osteoblas dan pembuatan kolagen, menurunkan resorpsi tulang dengan menurunkan aktivitas osteoklas. Hasilnya adalah keseimbangan turnover tulang dalam proses pembentukan tulang. Berdasarkan hasil uji klinik, stronsium ranelate terbukti menurunkan patah tulang vertebral sebanyak 41% selama 3 tahun.

Tidak ada komentar: