Jumat, 13 Maret 2009

OTITIS MEDIA AKUT

LAPORAN PENDAHULUAN
OTITIS MEDIA AKUT






















Disusun oleh :
AMIR RIMBA WANTO



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PRODI D III KEPERAWATAN
2009-2010


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang disusun ini berjudul “Otitis Media Akut”. maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata KMB III, disamping itu dapat juga dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Penyusun juga mohon maaf atas keterbatasan makalah ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan masukan, kritik ataupun saran yang diharapkan dapat membangun dan membuat penyusun termotifasi untuk terus belajar dan belajar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum

Gombong, 24 Februari 2009

Penyusun







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................................... 4
Metode Pengumpulan Data....................................................................................... 4
Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II ISI
1. Pengertian................................................................................................................ 5
2. Etiologi.................................................................................................................... 7
3. Patofisiologi............................................................................................................. 7
4. Manifestasi Klinis.................................................................................................... 8
5. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................... 9
6. Penatalaksanaan Medis............................................................................................ 9
7. Asuhan Keperawatan Klien Otitis Media............................................................... 10
A. Pengkajian........................................................................................................ 10
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 10
C. Intervensi Keperawatan................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 13

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas dari mata KMB III yang membahas tentang “Otitis Media Akut”. Kami mengambil judul ini karena erat sekali hubungannya dengan kehidupan kebutuhan seksual setiap manusia.

Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data yang kami peroleh yaitu “ Metode Riset Library”. Dimana metode ini diperoleh dari buku perpustakaan dan Internet

Tujuan
Penyusunan makalah ini kami buat untuk :
a) Menambah ilmu tentang Otitis Media Akut
b) Memahami dan mengerti beberapa gangguan yang sering muncul dalam Otitis Media Akut.
c) pengumpulan tugas dari mata KMB III





BAB II
ISI
1. Pengertian
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
A. Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi.
Adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun.

B. Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi
C. Otitis Media Kronik
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/ atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.

2. Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.

3. Patofisiologi
Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
4. Manifestasi Klinis
A. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
a) Sakit telinga yang berat dan menetap.
b) Terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara .
c) Pada anak-anak bisa mengalami muntah, diare dan demam sampai 40,5ÂșC
d) Gendang telinga mengalami peradangan dan menonjol.
e) Demam
f) Anoreksia
g) Limfadenopati servikal anterior
B. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.
C. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
5. Pemeriksaan Diagnostik
A. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
B. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
C. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
6. Penatalaksanaan Medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa. Untuk otitis media serosa ( otitis media dengan efusi ), terapi yang umum dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam 2 bulan. Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk melakukan miringotomi.
Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan selang penyeimbang tekanan ke dalam membrane timpani. Hal ini memungkinkan ventilasi dari telinga tengah, mengurangi tekanan negative dan memungkinkan drainase cairan. Selang itu umumnya lepas sendiri setelah 6 sampai 12 bulan. Kemungkinan komplikasinya adala atrofi membrane timpani, timpanosklerosis (parut pada membrane timpani), perforasi kronik, dan kolesteatoma.
7. Asuhan Keperawatan Klien Otitis Media
A. Pengkajian
a) Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
b) Kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses infeksi)
c) Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
d) Kaji status nutrisi dan keadekuatan asupan cairan berkalori
e) Kaji kemungkinan tuli.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d Inflamasi pada jaringan telinga tengah
b) Perubahan Sensori – Persepsi ; Auditorius b.d Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran
c) Gangguan Body Image b.d paralysis nervus fasialis ; facial palsy
d) Ancietas b.d Prosedur pembedahan ; Miringopalsty / mastoidektomi
C. Intervensi Keperawatan
a) Nyeri b.d proses inflamasi pada jaringan telinga tengah
Tujuan : Penurunan rasa nyeriIntervensi :
a. Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping klien
b. Berikan analgetik sesuai indikasi
c. Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik – teknik relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll
b) perubahan sensori – persepsi ; Auditorius b.d Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
Tujuan : memperbaiki komunikasiIntervensi :
a. mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
b. Memandang klien ketika sedang berbicara
c. Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
d. Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerab bibir
e. Menggunakan tanda – tanda nonverbal ( mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh ) dan bentuk komunikasi lainnya.
f. Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien
g. Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran.
c) Gangguan Body Image b.d paralysis nervus fasialis
a. Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahuluBeritahukan pada klien kemungkinan terjadinya fasial palsy akibat tindak lanjut dari penyakit tersebut
b. Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya bersifat sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
d) Ancietas b.d prosedur pembedahan ; miringoplasty / mastoidektomi.
a. Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan.
b. Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui klien sebelum pembedahan
c. Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal – hal yang tidak diketahui klien.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L., Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 3, Jakarta, EGC, 2002
Dudley, H.A.F., Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1992.
Ludman, Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates, 1996
Smeltzer, Suzanne C., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.

Tidak ada komentar: